Hal
yang pertama dikemukakan tentang versi
Roger mengenai kepribadian yang sehat, yakni kepribadian yang sehat itu bukan
merupakan suatu keadaan dari ada, melainkan suatu proses, “suatu arah bukan suatu tujuan”. Aktualisasi diri
berlangsung terus
tidak pernah merupakan suatu kondisi yang selesai atau statis. Tujuan ini,
yakni orientasi ke masa depan ini, menarik individu ke depan, yang selanjutmya
mendiferensiasikan dan mengembangkan segala segi dari diri. Rogers menyebut
salah satu diantara buku-bukunya on Becoming a Person; buku ini merangkum
dengan tepat sifat dari proses yang berlangsung terus itu.
Hal yang kedua tentang aktualisasi
diri ialah aktualisasi diri itu merupakan suatu proses yang sukar dan
kadang-kadang menyakitkan. Aktualisasi diri merupakan suatu ujian, rintangan,
dan pecutan terus menerus
terhadap semua kemampuan seseorang. Rogers menulis, “aktualisasi diri merupakan
keberanian untuk ada”. “Hal ini berarti meluncurkan diri sendiri sepenuhnya ke
dalam arus kehidupan”. Orang itu terbenam dalam dan terbuka kepada seluruh
ruang lingkup emosi dan pengalaman manusia dan merasakan hal-hal ini jauh lebih
dalam dari pada seorang yang kurang sehat.
Rogers tidak menggambarkan bahwa
orang-orang yang mengaktualisasikan diri itu terus menerus atau juga hampir setiap
saat bahagia atau puas, meskipun mereka benar-benar mengalami
perasaan-perasaan ini. Seperti Allport, Roger juga melihat kebahagiaan sebagai
hasil sampingan diri perjuangan aktualisasi diri; kebahagiaan bukan suatu
tujuan dalam dirinya sendiri. Orang-orang mengaktualisasikan diri menjalani 8 kehidupan yang kaya,
menantang, dan berarti, tetapi mereka tidak perlu tertawa terus-menerus.
Hal yang ketiga tentang orang-orang
yang mengaktualisasikan diri, yakni mereka benar-benar adalah diri mereka
sendiri. Mereka tidak bersembunyi di belakang topeng-topeng atau kedok-kedok,
yang berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan mereka atau menyembunyikan
sebagian diri mereka. Mereka tidak mengikuti petunjuk-petunjuk tingkah laku
atau memperlihatkan kepribadian-kepribadian yang berbeda untuk situasi-situasi
yang berbeda. mereka bebas dari harapan-harapan dan rintangan-rintangan yang
diletekkan oleh masyarakat mereka atau orang tua mereka; mereka telah mengetasi
aturan-aturan ini. Rogers tidak percaya bahwa orang-orang yang mengaktualisasikan
diri hidup di bawah hukum-hukum yang diletakkan orang-orang lain. Arah yang
dipilih, tingkah laku yang diperlihatkan semata-mata ditentukan oleh
individu-individu mereka sendiri. Diri adalah tuan dari kepribadian dan
beroperasi terlepas dari norma-norma yang ditentukan orang-orang lain. Akan
tetepi orang-orang yang mengektualisasikan diri tidak agresif, memberontak
secara terus terang
atau dengan sengaja tidak konvensional dalam menceomoohkan aturan-aturan dari
orang tua atau masyarakat. Mereka mengetahui bahwa mereka dapat berfungsi
sebagai individu-individu dalam sanksi-sanksi dan garis-garis pedoman yang
jelas dari masyarakat.
Di samping ulasan-ulasan yang umum
ini, Rogers memberikan lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya.
1.
Keterbukaan
pada Pengalaman
Seseorang
yang tidak terhambat oleh syarat-syarat penghargaan, bebas untuk mengalami semua
perasaan dan sikap. Tak satu pun yang harus dilawan karena tak satu pun yang mengancam.
Jadi, keterbukaan pada pengalaman adalah lawan dari sikap defensive. Setiap
pendirian dan perasaan yang berasal dari dalam dan dari luar disampaikan ke
system syaraf oraganisme tanpa distorsi atau rintangan.
Orang yang demukian mengetahui segala
sesuatu tentang kodratnya; tidak ada segi kepribadian tertutup. Itu berarti
bahwa kepribadian adalah fleksibel, tidak hanya mau menerima
pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tetapi juga dapat
menggunakannya dalam membuka kesempata-kesempatan persepsi dan ungkapan baru.
Sebaliknya, kepribadian orangf yang defensif, yang beropersi menurut
syarat-syarat penghargaan adalah statis, bersembunyi di belakang
peranan-peranan, tidak dapat menerima atau bahkan mengetahui
pengalaman-pengalaman tertentu.
Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat
dikatakan lebih”emosional” dalam pengertian bahwa dia mengalami banyak emosi
yang bersifat positif dan negatif
(misalnya, baik kegembiraan maupun kesusahan) mengalami emosi-emosi itu
lebih kuat dari pada orang yang defensif.
2.
Kehidupan Eksistensial
Orang
yang berfungsi sepenuhnya, hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan.
Setiap pengalaman dirasa segar dan baru, seperti sebelumnya belum pernah ada
dalam cara yang persis sama. Maka dari itu ada kegembiraan karna setiap
pengalaman tersingkap.
Karna
orang yang sehat terbuka kepada semua pengalaman, maka diri atau kepribadian
terus menerus dipengaharui atau disegarkan oleh setiap pengalaman. Akan tetapi
orang yang defensif harus mengubah suatu
pengalaman baru untuk membuatnya harmonis dengan diri dia memiliki suatu
struktur diri yang berprasangka di mana semua pengalaman harus cocok dengannya.
Orang yang berfungsi sepenuhnya yang tidak memiliki diri yang berprasangka atau
tegar tidak harus mengontrol atau memanipulasi pengalaman-pengalaman, sehingga
dengan bebas dapat berpartisipasi di dalamnya.
Jelas,
orang yang berfungsi sepenuhnya dapat menyesuaikan diri karna struktur diri
terus menerus terbuka kepada pengalaman-pengalaman baru. Kepribdian yang
demikian itu tidak kaku atau tidak dapat diramalkan. Orang itu berkata
demikian, “Saya akan menjadi apa dalam momen berikutnya dan apa yang saya
kerjakan, timbul dari momen itu, dan baik saya maupun orang-orang lain tidak
dapat meramalkan sebelumnya.
Rogers
percaya bahwa kualitas kehidupan dari eksistensialis ini merupakan segi
yangesensial dari kepribadian yangsehat. Kepribadian terbuka kepada segala
sesuatu yang terjadi pada momen itu dan dia menemukan dalam setiap pengalaman
suatu struktur yang dapat berubah dengan mudah sebagai respons atas pengalaman
momen yang berikutnya.
3.
Kepercayaan Terhadap Organisme
Orang Sendiri
Dalam pengalaman Rogers, dia
menulis “ Apabila suatu aktivitas terasa seakan-akan berharga atau perlu di
lakukan, maka aktivitas itu perlu di lakukan. Dengan kata lain, saya telah belajar bahwa seluruh perasaan
organismik saya terhadap suatu situasi lebih dapat dipercaya daripada pikiran
saya”. Dengan kata lain, bertingkah laku menurut apa yang di rasa benar,
merupakan pedoman yang sangat dapat di andalkan dalam memutuskan suatu
tindakan, lebih dapat di andalkan daripada faktor-faktor rasional atau
intelektual.
Orang yang sehat terbuka sepenuhnya
pada pengalaman, maka dia memiliki jalan masuk untuk seluruh informasi yang ada
dalam suatu situasi membuat keputusan. Orang-orang yang aktualisasi
diri adalah orang-orang yang percaya diri, percaya akan kemampuan dan potensi
yang ada dalam dirinya. Ia akan bertindak sesuai dengan apa yang ia percayai
sebagai sesuatu yang benar. Pribadi yang
berfungsi sepenuhnya mereka berfokus pada dirinya sendiri dalam mengambil
keputusan. Bukan hanya berfokus pada hal-hal yang berada disekitarnya atau pun
logika dan rasionalitas, namun juga pada perasaan dan intuisi dirinya itu yang
lebih utama.
Rogers membandingkan kepribadian
yang sehat dengan sebuah komputer elektronik di mana semua data yang relevan
telah di progamkan ke dalamnya. Komputer itu mempertimbangkan semua segi masalah, semua
pilihan dan pengaruh-pengaruhnya, dan dengan cepat menentukan tindakan. Seorang
yang beroperasi semata-mata atas dasar rasional atau intelektual sedikit banyak
adalah cacat, karena mengabaikan faktor-faktor emosional dalam proses mencapai
suatu keputusan. Semua segi organisme – sadar, tak sadar, emosional, dan juga
intelektual – harus di analisis dalam kaitannya dengan masalah yang ada. Karena
data yang digunakan untuk mencapai suatu keputusan adalah tepat (tidak di ubah)
dan karena seluruh kepribadian mengambil bagian dalam proses membuat keputusan,
maka orang-orang yang sehat percaya akan keputusan mereka, seperti mereka
percaya akan diri mereka sendiri. Sebaliknya, Orang yang defensif membuat
keputusan-keputusan menurut larangan-larangan yang membimbing tingkah lakunya.
Misalnya karena khawatir akan mendapat penolakan atau ditertawakan ketika akan
presentasi, maka ia lebih memilih untuk tidak masuk kuliah sehingga kehilangan
kesempatan untuk belajar berbicara di depan kelas. Sebab individu ini hanya
mampu melihat satu sisi, yakni kegagalan presentasi, tanpa ia mampu mengkaji
beberapa faktor positif yang lain. Rogers mengibaratkan hal ini sebagai
komputer yang diprogram untuk menggunakan hanya satu bagian data yang relevan.
4.
Perasaan Bebas
Sifat kepribadian yang sehat
ini terkandung dalam pembicaraan kita diatas. Rogers percaya bahwa semakin
seseorang sehat secara psikologis, semakin juga ia mengalami kebebasan untuk
memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya
paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternative pikiran dan
tindakan. Tambahan lagi, orang yang berfungsi sepenuhnya memiliki suatu
perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa
depan tergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan atau
peristiwa-peristiwa masa lampau. Karena merasa bebas dan berkuasa ini maka
orang yang sehat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupan dan merasa mampu
melakukan apa saja yang mungkin ingin dilakukannya.
Orang yang
defensive tidak memiliki perasaan-perasaan bebas serupa itu. Orang ini dapat
memutuskan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu, namun tidak dapat
mewujudkan pilihan bebas itu kedalam tingkah laku yang actual. Tingkah laku
ditentukan oleh faktor-faktor yang berada diluar control orang itu, termasuk
sikap defensivenya sendiri dan ketidakmampuannya untuk mengalami semua data
yang diperlukan untuk membuat keputusan. Orang serupa itu tidak akan memiliki
perasaan berkuasa atas kehidupan dan tidak memiliki perasaan akan kemungkinan-kemungkinan
yang tidak terbatas. Pilihan-pilihan terbatas dan pandangan terhadap masa depan
sempit.
5.
Kreativitas
Semua
orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Mengingat sifat-sifat lain yang
mereka miliki, sukar untuk melihat bagaimana seandainya kalau mereka tidak
demikian. Orang-orang yang terbuka sepenuhnya kepada semua pengalaman, yang
percaya akan organisme mereka sendiri, yang fleksibel dalam keputusan serta
tindakan mereka ialah orang-orang sebagaimana dikemukakan Rogers yang akan
mengungkapkan diri mereka dalam produk-produk yang kreatif dan kehidupan yang
kreatif dalam semua bidang kehidupan mereka. Tambahan lagi, mereka bertingkah
laku spontan, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respon atas
stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam disekitar mereka.
Orang-orang
yang kreatif dan spontan tidak terkenal karena konformitas atau penyesuaian
diri yang pasif terhadap tekanan-tekanan social dan cultural. Karena mereka
kurang bersifat defensive, maka mereka tidak menghiraukan kemungkinan tingkah
laku mereka diterima dengan baik oleh orang lain. Akan tetapi, mereka dapat dan
kerapkali benar-benar menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari situasi
khusus apabila konformitas yang demikian itu akan membantu memuaskan kebutuhan
mereka dan memungkinkan mereka mengembangkan diri mereka sampai ke tingkat yang
paling penuh.
Orang
yang defensive, yang kurang merasa bebas, yang tertutup terhadap pengalaman,
dan yang hidup dalam garis-garis pedoman yang telah dikodratkan adalah tidak
kreatif dan tidak spontan. Orang ini lebih cenderung membuat kehidupan menjadi
aman dan dapat diramalkan, dan menjaga supaya tegangan-tegangan berada pada
suatu taraf yang minimal daripada mencari tantangan-tantangan, dorongan,
rangsangan baru. Gaya hidup yang kaku ini tidak memberikan tanah yang subur
untuk memelihara kreativitas.
Rogers
percaya bahwa orang-orang yang berfungsi sepenuhnya lebih mampu menyesuaikan
diri dan bertahan terhadap perubahan-perubahan yang drastis dalam
kondisi-kondisi lingkungan. Mereka memiliki kreativitas dan spontanitas untuk
menanggulangi perubahan-perubahan traumatis sekalipun, seperti dalam
pertempuran atau bencana-bencana alamiah. Jadi, Rogers melihat orang-orang yang
berfunsi sepenuhnya merupakan “barisan depan yang layak” dalam proses evaluasi
manusia.
PERKEMBANGAN “DIRI”
Dalam masa kecil, anak mulai
membedakan, atau memisahkan salah satu segi pengalamannya dari semua yang
lain-lainnya. Segi ini adalah diri dan itu digambarkan dengan bertambahnya
penggunaan kata “aku” dan “kepunyaanku”. Anak itu mengembangkan kemampuan untuk
membedakan antara apa yang menjadi milik atau bagian dari dirinya dan semua
benda lain yang dilihat, didengar, diraba dan diciumnya ketika dia mulai
membentuk suatu lukisan dan gambaran tentang siapa dia. Dengan kata lain, anak
itu mengembangkan suatu “pengertian-diri” (self-concept).
Sebagai
bagian dari self-concept, anak itu
juga menggambarkan dia akan menjadi siapa atau mungkin ingin menjadi siapa.
Gambaran-gambaran itu dibentuk sebagai suatu akibat dari bertambah kompleksnya
interaksi-interaksi dengan orang-orang lain. Dengan mengamati reaksi dari
orang-orang lain terhadap tingkah lakunya sendiri, anak itu secara ideal
mengembangkan suatu pola gambaran-gambaran-diri yang konsisten, suatu
keseluruhan yang terinteragsi di mana kemungkinan adanya beberapa
ketidakharmonisan antara diri sebagaimana adanya dan diri sebagaimana yang
mungkin diinginkannya untuk menjadi diperkecil. Dalam individu yang sehat dan
yang mengaktualisasikan-diri muncullah suatu pola yang berkaitan. Situasi itu
berbeda untuk seorang individu yang mendapat gangguan emosional.
Cara-cara
khusus bagaimana diri itu berkembang dan apakah dia akan menjadi sehat atau
tidak tergantung pada cinta yang diterima anak itu dalam masa kecil. Pada waktu
diri itu mulai berkembang, anak itu juga belajar membutuhkan cinta. Rogers
menyebut kebutuhan ini “penghargaan positif” (positif regard).
Ppositif regard, suatu kebutuhan yang memaksa dan merembes, dimiliki
semua manusia; setiap anak terdorong untuk mencari positif regard. Akan tetapi tuidak setiap anak akan menemukan
kepuasan yang cukup akan kebutuhan ini. Anak puas kalu dia menerima kasih
sayang, cinta dan persetujuan dari orang-orang lain, tetapi dia kecewa kalau
dia menerima celaan dan kurang mendapat cinta dan kasih sayang. Apakah anak itu
kemudian akan tumbuh menjadi suatu kepribadian yang sehat tergantung pada
sejauh manakah kebutuhan akan positif
regard ini dipuaskan dengan baik.
Self-concept yang berkembang dari anak
itu sangat dipengaruh oleh ibu. Bagaimana kalau dia tidak memberikan positive regard kepada anak? Bagaimana
kalau dia mencela dan menolak tingkah laku anaknya? Anak itu mengamati suatu
celaan (meskipun celaan hanya berfokus pada salah satu segi tingkah laku)
sebagai suatu celaan yang luas dan tersebar dalam setiap segi dari adanya. Anak
itu menjadi peka terhadap setiap tanda penolakan dan segera mulai merencanakan
tingkah lakunya menurut reaksi yang diharapkan akan diberikan.
Dalam
hal ini, anak mengharapkan biimbingan tingkah lakunya dari orang-orang lain,
bukan dari dirinya sendiri. Karena dia telah merasa kecewa, maka kebutuhan akan
positive regard yang sekarang
bertambah kuat, makin lama makin mengerahkan energy dan pikiran. Anak itu harus
bekerja karena untuk positive regard dengan
mengorbankan aktualisasi-diri:
Anak
dalam situasi ini mengembangkan apa yang disebut Rogers “penghargaan positif
bersyarat” (conditional positive regard).
Kasih sayang dan cinta yang diterima anak adalah syarat terhadap tingkah
lakunya yang baik. Karena anak mengembangkan conditional positive regard maka
dia menginternalisasikan sikap-sikap ibu. Jika itu tejadi, maka sikap ibu
diambil alih oleh anak itu dan diterapkan kepada dirinya.
Misalnya,
apabila ibu menyatakan celaan setiap saat karena anak menjatuhkan suatu benda
dari tempat tidurnya, maka anak itu akhirnya mencela dirinya
sendirisewaktu-waktu dia bertingkah laku demikian. Standar-standar penilaian
dari luar menjadi miliknya sendiri dan anak itu “menghukum” dirinya seperti
telah dilakukan oleh ibunya sebelumnya. Anak itu “mencintai” dirinya hanya bila
dia bertingkah laku menurut cara-cara yang diketahuinya disetujui ibu. Dengan
demikian diri menjadi “wakil ibu”.
Karena
keadaan yang menyedihkan ini di mana anak menerima conditional
positive regard, pertama-tama dari ibunya kemudian dari dirinya, syarat-syarat penghargaan berkembang.
Ini berarti bahwa anak itu merasa suatu perasaan harga-diri hanya dalam
syarat-syarat tertentu. Anak itu harus menghindari tingkah laku atau pikiran
dalam cara-cara yang menyebabkan celaan atau penolakan oleh standar-standar
anak itu dari ibu. Melaksanakan tingkah laku-tingkah laku yang dilarang
menyebabkan anak itu merasa salah dan tidak berharga, syarat-syarat yang harus
dilawan oleh anak itu. Dan dengan demikian sikap defensive menjadi bagian
tingkah laku anak itu. Sikap tersebut digiatkan sewaktu-waktu terjadi
kecemasan; yakni, sewaktu-waktu anak, dan kelak sebagai orang dewasa tergoda
untuk menampilkan tipe tingkah laku yang dilarang. Sebagai akibat dan sikap defensive
ini, kebebasan individu terbatas, kodrat atau dirinya yang sejati tidak dapat
diungkapkan sepenuhnya.
Diri
tidak dibiarkan untuk beraktualisasi sepenuhnya karena beberapa segi dari diri
harus dicek. Syarat-syarat penghargaan berlaku seperti penutup mata kuda, yang
memotong suatu bagian dari pengalaman yang ada. Orang-orang dengan
syarat-syarat penghargaan harus membatasi tingkah laku mereka dan mengubah
kenyataan karena meskipun menyadari tingkah laku dan pikiran yang tidak pantas,
namun dapat merasa terancam kalau mereka memamerkannya. Karena
individu-individu ini tidak dapat berinteraksi sepenuhnya dan terbuka dengan
lingkungan mereka, maka mereka mengembangkan apa yang disebut Rogers
“ketidakharmonisan” (incongruence)
anatara konsep-diri dan kenyataan yang mengitari mereka. Mereka tidak
mengaktualisasikan semua segi dari diri. Dengan kata lain, mereka tidak dapat
mengembangkan kepribadian-kepribadian yang sehat.
Kita
sudak membicarakan bagaimana orang yang tidak sehat secara psikologis berkembang.
Coba kita sekarang mengemukakan kondisi-kondisi sebaiknya dalam masa
kanak-kanak yang membantu perkembangan kesehatan psikologis.
Syarat
utama bagi timbulnya kepribadian sehat adalah penerimaan “penghargaan positif
tanpa syarat” (conditional positive regard)
pada masa kecil. Hal ini berkembang apabila ibu memberikan cinta dan kasih
sayang tanpa memperhatikan bagaimana anak bertingkah laku. Cinta dan kasih
sayang yang diberikan dengan bebas ini, dan sikap yang ditampilkannya bagi anak
itu menjadi sekumpulan norma dan standar yang diinternalisasikan, sama seperti
halnya sikap-sikap ibu yang memperlihatkan conditional
positive regard diinternalisasikan oleh anaknya.
Unconditional
positive regard tidak menghendaki bahwa semua pengekangan tehadap tingkah laku anak
tidak ada; tidak berarti bahwa anak diperbolehkan melakukan apa saja yang
diinginkannya tanpa dinasehati. Sebab kalau demikian halnya maka ibu tidak
boleh melindungi anaknya dari bahay-bahay-misalnya, menarik anak menjauhi
sebuah kompor yang panas – karena takut membuat positive regard-nya, bersyarat.
Rogers
percaya bahwa ibu dapat mencela tingkah laku – tingkah laku tertentu tanpa pada
saat yang sama menciptakan syarat-syarat dalam mana anak akan menerima cinta
dan kasih sayang. Hal ini dapat dicapai dalam suatu situasi yang membantu anak
menerima beberapa tingkah laku yang tidak dikehendaki tanpa menyebabkannya
merasa salah dan tidak berharga setelah melakukan tingkah laku-tingkah laku
tersebut. Anak tidak terlalu banyak dinasehati sehingga dapat menetapkan
syarat-syarat penghargaan untuk anak karena itulah caranya bagaimana nasihat
itu dilaksanakan.
Anak-anak
bertumbuh dengan perasaan Unconditional
positive regard tidak akan mengembangkan syarat-syarat penghargaan. Mereka
merasa diri berharga dalam semua syarat. Dan jika syarat-syarat penghargaan
tidak ada maka tidak ada kebutuhan untuk bertingkah laku defensive. Tidak akan
ada ketidakharmonisan antara diri dan persepsi terhadap kenyataan.
Untuk
orang yang demikian, tidak ada pengalaman yang mengancam. Dia dapat mengambil
bagian dalam kehidupan dengan bebas
dan sepenuhnya. Diri adalah dalam dan luas, karena diri itu mengandung semua
pikiran dan perasaan yang mampu diungkapkan orang itu. Diri itu juga fleksibel
dan terbuka kepada semua pengalaman baru. Tidak ada bagian dari diri
dilumpuhkan atau terhambat dalam ungkapannya.
Orang
ini adalah bebas untuk menjadi orang yang mengaktualisasikan-diri, untuk
mengembangkan seluruh potensinya. Dan segera setelah proses akltualisasi-diri
mulai berlangsung, orang itu dapat maju ketujuan terakhir, yakni menjadi orang
yang berfungsi sepenuhnya.
Sumber :
1. Yustinus
(ed.). 1991. Psikologi Pertumbuhan
Model-Model Kepribadian
Sehat.Yogyakarta: Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar