Sabtu, 11 Mei 2013

KEPRIBADIAN SEHAT MENURUT ROGERS


Hal yang  pertama dikemukakan tentang versi Roger mengenai kepribadian yang sehat, yakni kepribadian yang sehat itu bukan merupakan suatu keadaan dari ada, melainkan suatu proses, “suatu arah bukan suatu tujuan”. Aktualisasi diri berlangsung terus tidak pernah merupakan suatu kondisi yang selesai atau statis. Tujuan ini, yakni orientasi ke masa depan ini, menarik individu ke depan, yang selanjutmya mendiferensiasikan dan mengembangkan segala segi dari diri. Rogers menyebut salah satu diantara buku-bukunya on Becoming a Person; buku ini merangkum dengan tepat sifat dari proses yang berlangsung terus itu.
          Hal yang kedua tentang aktualisasi diri ialah aktualisasi diri itu merupakan suatu proses yang sukar dan kadang-kadang menyakitkan. Aktualisasi diri merupakan suatu ujian, rintangan, dan pecutan terus menerus terhadap semua kemampuan seseorang. Rogers menulis, “aktualisasi diri merupakan keberanian untuk ada”. “Hal ini berarti meluncurkan diri sendiri sepenuhnya ke dalam arus kehidupan”. Orang itu terbenam dalam dan terbuka kepada seluruh ruang lingkup emosi dan pengalaman manusia dan merasakan hal-hal ini jauh lebih dalam dari pada seorang yang kurang sehat.
          Rogers tidak menggambarkan bahwa orang-orang yang mengaktualisasikan diri itu terus menerus atau juga hampir setiap saat bahagia atau puas, meskipun mereka benar-benar mengalami perasaan-perasaan ini. Seperti Allport, Roger juga melihat kebahagiaan sebagai hasil sampingan diri perjuangan aktualisasi diri; kebahagiaan bukan suatu tujuan dalam dirinya sendiri. Orang-orang mengaktualisasikan diri menjalani 8 kehidupan yang kaya, menantang, dan berarti, tetapi mereka tidak perlu tertawa terus-menerus.
          Hal yang ketiga tentang orang-orang yang mengaktualisasikan diri, yakni mereka benar-benar adalah diri mereka sendiri. Mereka tidak bersembunyi di belakang topeng-topeng atau kedok-kedok, yang berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan mereka atau menyembunyikan sebagian diri mereka. Mereka tidak mengikuti petunjuk-petunjuk tingkah laku atau memperlihatkan kepribadian-kepribadian yang berbeda untuk situasi-situasi yang berbeda. mereka bebas dari harapan-harapan dan rintangan-rintangan yang diletekkan oleh masyarakat mereka atau orang tua mereka; mereka telah mengetasi aturan-aturan ini. Rogers tidak percaya bahwa orang-orang yang mengaktualisasikan diri hidup di bawah hukum-hukum yang diletakkan orang-orang lain. Arah yang dipilih, tingkah laku yang diperlihatkan semata-mata ditentukan oleh individu-individu mereka sendiri. Diri adalah tuan dari kepribadian dan beroperasi terlepas dari norma-norma yang ditentukan orang-orang lain. Akan tetepi orang-orang yang mengektualisasikan diri tidak agresif, memberontak secara terus terang atau dengan sengaja tidak konvensional dalam menceomoohkan aturan-aturan dari orang tua atau masyarakat. Mereka mengetahui bahwa mereka dapat berfungsi sebagai individu-individu dalam sanksi-sanksi dan garis-garis pedoman yang jelas dari masyarakat.
          Di samping ulasan-ulasan yang umum ini, Rogers memberikan lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya.
1.         Keterbukaan pada Pengalaman
     Seseorang yang tidak terhambat oleh syarat-syarat penghargaan, bebas untuk mengalami semua perasaan dan sikap. Tak satu pun yang harus dilawan karena tak satu pun yang mengancam. Jadi, keterbukaan pada pengalaman adalah lawan dari sikap defensive. Setiap pendirian dan perasaan yang berasal dari dalam dan dari luar disampaikan ke system syaraf oraganisme tanpa distorsi atau rintangan.
     Orang yang demukian mengetahui segala sesuatu tentang kodratnya; tidak ada segi kepribadian tertutup. Itu berarti bahwa kepribadian adalah fleksibel, tidak hanya mau menerima pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tetapi juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempata-kesempatan persepsi dan ungkapan baru. Sebaliknya, kepribadian orangf yang defensif, yang beropersi menurut syarat-syarat penghargaan adalah statis, bersembunyi di belakang peranan-peranan, tidak dapat menerima atau bahkan mengetahui pengalaman-pengalaman tertentu.
     Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat dikatakan lebih”emosional” dalam pengertian bahwa dia mengalami banyak emosi yang bersifat positif dan negatif  (misalnya, baik kegembiraan maupun kesusahan) mengalami emosi-emosi itu lebih kuat dari pada orang yang defensif.
2.         Kehidupan Eksistensial
     Orang yang berfungsi sepenuhnya, hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan. Setiap pengalaman dirasa segar dan baru, seperti sebelumnya belum pernah ada dalam cara yang persis sama. Maka dari itu ada kegembiraan karna setiap pengalaman tersingkap.
     Karna orang yang sehat terbuka kepada semua pengalaman, maka diri atau kepribadian terus menerus dipengaharui atau disegarkan oleh setiap pengalaman. Akan tetapi orang yang defensif  harus mengubah suatu pengalaman baru untuk membuatnya harmonis dengan diri dia memiliki suatu struktur diri yang berprasangka di mana semua pengalaman harus cocok dengannya. Orang yang berfungsi sepenuhnya yang tidak memiliki diri yang berprasangka atau tegar tidak harus mengontrol atau memanipulasi pengalaman-pengalaman, sehingga dengan bebas dapat berpartisipasi di dalamnya.
     Jelas, orang yang berfungsi sepenuhnya dapat menyesuaikan diri karna struktur diri terus menerus terbuka kepada pengalaman-pengalaman baru. Kepribdian yang demikian itu tidak kaku atau tidak dapat diramalkan. Orang itu berkata demikian, “Saya akan menjadi apa dalam momen berikutnya dan apa yang saya kerjakan, timbul dari momen itu, dan baik saya maupun orang-orang lain tidak dapat meramalkan sebelumnya.
     Rogers percaya bahwa kualitas kehidupan dari eksistensialis ini merupakan segi yangesensial dari kepribadian yangsehat. Kepribadian terbuka kepada segala sesuatu yang terjadi pada momen itu dan dia menemukan dalam setiap pengalaman suatu struktur yang dapat berubah dengan mudah sebagai respons atas pengalaman momen yang berikutnya.
3.         Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri
    Dalam pengalaman Rogers, dia menulis “ Apabila suatu aktivitas terasa seakan-akan berharga atau perlu di lakukan, maka aktivitas itu perlu di lakukan. Dengan kata lain, saya telah belajar bahwa seluruh perasaan organismik saya terhadap suatu situasi lebih dapat dipercaya daripada pikiran saya”. Dengan kata lain, bertingkah laku menurut apa yang di rasa benar, merupakan pedoman yang sangat dapat di andalkan dalam memutuskan suatu tindakan, lebih dapat di andalkan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual. 
    Orang yang sehat terbuka sepenuhnya pada pengalaman, maka dia memiliki jalan masuk untuk seluruh informasi yang ada dalam suatu situasi membuat keputusan. Orang-orang yang aktualisasi diri adalah orang-orang yang percaya diri, percaya akan kemampuan dan potensi yang ada dalam dirinya. Ia akan bertindak sesuai dengan apa yang ia percayai sebagai sesuatu yang benar. Pribadi yang berfungsi sepenuhnya mereka berfokus pada dirinya sendiri dalam mengambil keputusan. Bukan hanya berfokus pada hal-hal yang berada disekitarnya atau pun logika dan rasionalitas, namun juga pada perasaan dan intuisi dirinya itu yang lebih utama.
    Rogers membandingkan kepribadian yang sehat dengan sebuah komputer elektronik di mana semua data yang relevan telah di progamkan ke dalamnya. Komputer itu mempertimbangkan semua segi masalah, semua pilihan dan pengaruh-pengaruhnya, dan dengan cepat menentukan tindakan. Seorang yang beroperasi semata-mata atas dasar rasional atau intelektual sedikit banyak adalah cacat, karena mengabaikan faktor-faktor emosional dalam proses mencapai suatu keputusan. Semua segi organisme – sadar, tak sadar, emosional, dan juga intelektual – harus di analisis dalam kaitannya dengan masalah yang ada. Karena data yang digunakan untuk mencapai suatu keputusan adalah tepat (tidak di ubah) dan karena seluruh kepribadian mengambil bagian dalam proses membuat keputusan, maka orang-orang yang sehat percaya akan keputusan mereka, seperti mereka percaya akan diri mereka sendiri. Sebaliknya, Orang yang defensif membuat keputusan-keputusan menurut larangan-larangan yang membimbing tingkah lakunya. Misalnya karena khawatir akan mendapat penolakan atau ditertawakan ketika akan presentasi, maka ia lebih memilih untuk tidak masuk kuliah sehingga kehilangan kesempatan untuk belajar berbicara di depan kelas. Sebab individu ini hanya mampu melihat satu sisi, yakni kegagalan presentasi, tanpa ia mampu mengkaji beberapa faktor positif yang lain. Rogers mengibaratkan hal ini sebagai komputer yang diprogram untuk menggunakan hanya satu bagian data yang relevan.
4.         Perasaan Bebas
Sifat kepribadian yang sehat ini terkandung dalam pembicaraan kita diatas. Rogers percaya bahwa semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin juga ia mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternative pikiran dan tindakan. Tambahan lagi, orang yang berfungsi sepenuhnya memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan atau peristiwa-peristiwa masa lampau. Karena merasa bebas dan berkuasa ini maka orang yang sehat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupan dan merasa mampu melakukan apa saja yang mungkin ingin dilakukannya.
     Orang yang defensive tidak memiliki perasaan-perasaan bebas serupa itu. Orang ini dapat memutuskan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu, namun tidak dapat mewujudkan pilihan bebas itu kedalam tingkah laku yang actual. Tingkah laku ditentukan oleh faktor-faktor yang berada diluar control orang itu, termasuk sikap defensivenya sendiri dan ketidakmampuannya untuk mengalami semua data yang diperlukan untuk membuat keputusan. Orang serupa itu tidak akan memiliki perasaan berkuasa atas kehidupan dan tidak memiliki perasaan akan kemungkinan-kemungkinan yang tidak terbatas. Pilihan-pilihan terbatas dan pandangan terhadap masa depan sempit.
5.         Kreativitas
     Semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Mengingat sifat-sifat lain yang mereka miliki, sukar untuk melihat bagaimana seandainya kalau mereka tidak demikian. Orang-orang yang terbuka sepenuhnya kepada semua pengalaman, yang percaya akan organisme mereka sendiri, yang fleksibel dalam keputusan serta tindakan mereka ialah orang-orang sebagaimana dikemukakan Rogers yang akan mengungkapkan diri mereka dalam produk-produk yang kreatif dan kehidupan yang kreatif dalam semua bidang kehidupan mereka. Tambahan lagi, mereka bertingkah laku spontan, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respon atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam disekitar mereka.
     Orang-orang yang kreatif dan spontan tidak terkenal karena konformitas atau penyesuaian diri yang pasif terhadap tekanan-tekanan social dan cultural. Karena mereka kurang bersifat defensive, maka mereka tidak menghiraukan kemungkinan tingkah laku mereka diterima dengan baik oleh orang lain. Akan tetapi, mereka dapat dan kerapkali benar-benar menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari situasi khusus apabila konformitas yang demikian itu akan membantu memuaskan kebutuhan mereka dan memungkinkan mereka mengembangkan diri mereka sampai ke tingkat yang paling penuh.
     Orang yang defensive, yang kurang merasa bebas, yang tertutup terhadap pengalaman, dan yang hidup dalam garis-garis pedoman yang telah dikodratkan adalah tidak kreatif dan tidak spontan. Orang ini lebih cenderung membuat kehidupan menjadi aman dan dapat diramalkan, dan menjaga supaya tegangan-tegangan berada pada suatu taraf yang minimal daripada mencari tantangan-tantangan, dorongan, rangsangan baru. Gaya hidup yang kaku ini tidak memberikan tanah yang subur untuk memelihara kreativitas.
     Rogers percaya bahwa orang-orang yang berfungsi sepenuhnya lebih mampu menyesuaikan diri dan bertahan terhadap perubahan-perubahan yang drastis dalam kondisi-kondisi lingkungan. Mereka memiliki kreativitas dan spontanitas untuk menanggulangi perubahan-perubahan traumatis sekalipun, seperti dalam pertempuran atau bencana-bencana alamiah. Jadi, Rogers melihat orang-orang yang berfunsi sepenuhnya merupakan “barisan depan yang layak” dalam proses evaluasi manusia.






PERKEMBANGAN “DIRI”
        Dalam masa kecil, anak mulai membedakan, atau memisahkan salah satu segi pengalamannya dari semua yang lain-lainnya. Segi ini adalah diri dan itu digambarkan dengan bertambahnya penggunaan kata “aku” dan “kepunyaanku”. Anak itu mengembangkan kemampuan untuk membedakan antara apa yang menjadi milik atau bagian dari dirinya dan semua benda lain yang dilihat, didengar, diraba dan diciumnya ketika dia mulai membentuk suatu lukisan dan gambaran tentang siapa dia. Dengan kata lain, anak itu mengembangkan suatu “pengertian-diri” (self-concept).
          Sebagai bagian dari self-concept, anak itu juga menggambarkan dia akan menjadi siapa atau mungkin ingin menjadi siapa. Gambaran-gambaran itu dibentuk sebagai suatu akibat dari bertambah kompleksnya interaksi-interaksi dengan orang-orang lain. Dengan mengamati reaksi dari orang-orang lain terhadap tingkah lakunya sendiri, anak itu secara ideal mengembangkan suatu pola gambaran-gambaran-diri yang konsisten, suatu keseluruhan yang terinteragsi di mana kemungkinan adanya beberapa ketidakharmonisan antara diri sebagaimana adanya dan diri sebagaimana yang mungkin diinginkannya untuk menjadi diperkecil. Dalam individu yang sehat dan yang mengaktualisasikan-diri muncullah suatu pola yang berkaitan. Situasi itu berbeda untuk seorang individu yang mendapat gangguan emosional.
          Cara-cara khusus bagaimana diri itu berkembang dan apakah dia akan menjadi sehat atau tidak tergantung pada cinta yang diterima anak itu dalam masa kecil. Pada waktu diri itu mulai berkembang, anak itu juga belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebut kebutuhan ini “penghargaan positif” (positif regard).
Ppositif regard, suatu kebutuhan yang memaksa dan merembes, dimiliki semua manusia; setiap anak terdorong untuk mencari positif regard. Akan tetapi tuidak setiap anak akan menemukan kepuasan yang cukup akan kebutuhan ini. Anak puas kalu dia menerima kasih sayang, cinta dan persetujuan dari orang-orang lain, tetapi dia kecewa kalau dia menerima celaan dan kurang mendapat cinta dan kasih sayang. Apakah anak itu kemudian akan tumbuh menjadi suatu kepribadian yang sehat tergantung pada sejauh manakah kebutuhan akan positif regard ini dipuaskan dengan baik.
          Self-concept yang berkembang dari anak itu sangat dipengaruh oleh ibu. Bagaimana kalau dia tidak memberikan positive regard kepada anak? Bagaimana kalau dia mencela dan menolak tingkah laku anaknya? Anak itu mengamati suatu celaan (meskipun celaan hanya berfokus pada salah satu segi tingkah laku) sebagai suatu celaan yang luas dan tersebar dalam setiap segi dari adanya. Anak itu menjadi peka terhadap setiap tanda penolakan dan segera mulai merencanakan tingkah lakunya menurut reaksi yang diharapkan akan diberikan.
          Dalam hal ini, anak mengharapkan biimbingan tingkah lakunya dari orang-orang lain, bukan dari dirinya sendiri. Karena dia telah merasa kecewa, maka kebutuhan akan positive regard yang sekarang bertambah kuat, makin lama makin mengerahkan energy dan pikiran. Anak itu harus bekerja karena untuk positive regard dengan mengorbankan aktualisasi-diri:
          Anak dalam situasi ini mengembangkan apa yang disebut Rogers “penghargaan positif bersyarat” (conditional positive regard). Kasih sayang dan cinta yang diterima anak adalah syarat terhadap tingkah lakunya yang baik. Karena anak mengembangkan conditional positive regard maka dia menginternalisasikan sikap-sikap ibu. Jika itu tejadi, maka sikap ibu diambil alih oleh anak itu dan diterapkan kepada dirinya.
          Misalnya, apabila ibu menyatakan celaan setiap saat karena anak menjatuhkan suatu benda dari tempat tidurnya, maka anak itu akhirnya mencela dirinya sendirisewaktu-waktu dia bertingkah laku demikian. Standar-standar penilaian dari luar menjadi miliknya sendiri dan anak itu “menghukum” dirinya seperti telah dilakukan oleh ibunya sebelumnya. Anak itu “mencintai” dirinya hanya bila dia bertingkah laku menurut cara-cara yang diketahuinya disetujui ibu. Dengan demikian diri menjadi “wakil ibu”.
          Karena keadaan yang menyedihkan ini di mana anak menerima  conditional positive regard, pertama-tama dari ibunya kemudian dari dirinya, syarat-syarat penghargaan berkembang. Ini berarti bahwa anak itu merasa suatu perasaan harga-diri hanya dalam syarat-syarat tertentu. Anak itu harus menghindari tingkah laku atau pikiran dalam cara-cara yang menyebabkan celaan atau penolakan oleh standar-standar anak itu dari ibu. Melaksanakan tingkah laku-tingkah laku yang dilarang menyebabkan anak itu merasa salah dan tidak berharga, syarat-syarat yang harus dilawan oleh anak itu. Dan dengan demikian sikap defensive menjadi bagian tingkah laku anak itu. Sikap tersebut digiatkan sewaktu-waktu terjadi kecemasan; yakni, sewaktu-waktu anak, dan kelak sebagai orang dewasa tergoda untuk menampilkan tipe tingkah laku yang dilarang. Sebagai akibat dan sikap defensive ini, kebebasan individu terbatas, kodrat atau dirinya yang sejati tidak dapat diungkapkan sepenuhnya.
          Diri tidak dibiarkan untuk beraktualisasi sepenuhnya karena beberapa segi dari diri harus dicek. Syarat-syarat penghargaan berlaku seperti penutup mata kuda, yang memotong suatu bagian dari pengalaman yang ada. Orang-orang dengan syarat-syarat penghargaan harus membatasi tingkah laku mereka dan mengubah kenyataan karena meskipun menyadari tingkah laku dan pikiran yang tidak pantas, namun dapat merasa terancam kalau mereka memamerkannya. Karena individu-individu ini tidak dapat berinteraksi sepenuhnya dan terbuka dengan lingkungan mereka, maka mereka mengembangkan apa yang disebut Rogers “ketidakharmonisan” (incongruence) anatara konsep-diri dan kenyataan yang mengitari mereka. Mereka tidak mengaktualisasikan semua segi dari diri. Dengan kata lain, mereka tidak dapat mengembangkan kepribadian-kepribadian yang sehat.
          Kita sudak membicarakan bagaimana orang yang tidak sehat secara psikologis berkembang. Coba kita sekarang mengemukakan kondisi-kondisi sebaiknya dalam masa kanak-kanak yang membantu perkembangan kesehatan psikologis.
          Syarat utama bagi timbulnya kepribadian sehat adalah penerimaan “penghargaan positif tanpa syarat” (conditional positive regard) pada masa kecil. Hal ini berkembang apabila ibu memberikan cinta dan kasih sayang tanpa memperhatikan bagaimana anak bertingkah laku. Cinta dan kasih sayang yang diberikan dengan bebas ini, dan sikap yang ditampilkannya bagi anak itu menjadi sekumpulan norma dan standar yang diinternalisasikan, sama seperti halnya sikap-sikap ibu yang memperlihatkan conditional positive regard diinternalisasikan oleh anaknya.
          Unconditional positive regard tidak menghendaki bahwa semua pengekangan tehadap tingkah laku anak tidak ada; tidak berarti bahwa anak diperbolehkan melakukan apa saja yang diinginkannya tanpa dinasehati. Sebab kalau demikian halnya maka ibu tidak boleh melindungi anaknya dari bahay-bahay-misalnya, menarik anak menjauhi sebuah kompor yang panas – karena takut membuat positive regard-nya, bersyarat.
          Rogers percaya bahwa ibu dapat mencela tingkah laku – tingkah laku tertentu tanpa pada saat yang sama menciptakan syarat-syarat dalam mana anak akan menerima cinta dan kasih sayang. Hal ini dapat dicapai dalam suatu situasi yang membantu anak menerima beberapa tingkah laku yang tidak dikehendaki tanpa menyebabkannya merasa salah dan tidak berharga setelah melakukan tingkah laku-tingkah laku tersebut. Anak tidak terlalu banyak dinasehati sehingga dapat menetapkan syarat-syarat penghargaan untuk anak karena itulah caranya bagaimana nasihat itu dilaksanakan.
          Anak-anak bertumbuh dengan perasaan Unconditional positive regard tidak akan mengembangkan syarat-syarat penghargaan. Mereka merasa diri berharga dalam semua syarat. Dan jika syarat-syarat penghargaan tidak ada maka tidak ada kebutuhan untuk bertingkah laku defensive. Tidak akan ada ketidakharmonisan antara diri dan persepsi terhadap kenyataan.
          Untuk orang yang demikian, tidak ada pengalaman yang mengancam. Dia dapat mengambil bagian dalam kehidupan dengan bebas dan sepenuhnya. Diri adalah dalam dan luas, karena diri itu mengandung semua pikiran dan perasaan yang mampu diungkapkan orang itu. Diri itu juga fleksibel dan terbuka kepada semua pengalaman baru. Tidak ada bagian dari diri dilumpuhkan atau terhambat dalam ungkapannya.
          Orang ini adalah bebas untuk menjadi orang yang mengaktualisasikan-diri, untuk mengembangkan seluruh potensinya. Dan segera setelah proses akltualisasi-diri mulai berlangsung, orang itu dapat maju ketujuan terakhir, yakni menjadi orang yang berfungsi sepenuhnya.
Sumber :
1. Yustinus (ed.). 1991. Psikologi Pertumbuhan Model-Model Kepribadian
            Sehat.Yogyakarta: Kanisius